Tampak seorang pemuda, yah bisa dikatakan keterbelakangan mental. tengah duduk menemani neneknya menadahkan sebuah cangkir kosong. Tak mengeluh pula saat sang nenek memintanya berjalan berkilo-kilo menyusuri padatnya jalan protokol, menapaki aspal yang panas. Mereka tak pernah mengeluh, bahkan tentang apa yang mereka akan makan nanti malam. senyum sang nenek menggenggam pundak sang cucu yang membimbingnya, ia buta, tapi nyaris tak ada kata sesal dari mulut mereka. sebuah Lambang kesetiaan sejati tertuang dalam gerak mereka.
Lalu kesetiaan seperti apa lagi yangharus ditunjukan, kawin cerai?keterpaksaan?ataou umpatan-umpatan yang nyaris jauh dari kedewasaan?(soh)